Beberapa hari ini ricuh menjelang kenaikan BBM (bahan bakar minyak). Aksi demonstrasi bermunculan di penjuru tanah air. Tentu saja pusatnya adalah di Ibukota tercinta Jakarta, dan na'asnya ato untungnya (beda2 tipis lah), saya berdomisili di sana. Ricuh dan kerusuhan pun terjadi tak jauh dari tempat kos saya di Salemba. Yang menjadi pertanyaan dalam pikiran saya, tak pernahkah mereka belajar dari sejarah tahun2 sebelumnya? Saya pribadi kurang begitu faham...apa sebenarnya yg terjadi pada negeri ini. Ketika demokrasi dibebaskan seluasnya, yg ada justru banyak yg menyalahartikan dan menyalahgunakan. Ketika isu BBM akan dinaikkan 1500 perak dari harga 4500 menjadi 6000, banyak kalangan mulai resah, terutama kalangan menengah ke bawah. Bagaimana tidak, klo ditinjau secara akal biasa...imbasnya pasti merembet ke segala aspek ekonomi. Kenaikan tarif angkot, kenaikan harga bahan pokok, yg belum tentu diimbangi dengan kenaikan pendapatan. Secara pikiran awam, rakyat kecil pasti tak habis pikir dan menelan info tersebut secara mentah...hasilnya yang ada hati panas, pikiran ngebul dibayangi masa depan yg makin suram..bisa difahami. Sementara di atas sana, kalangan birokrat dengan fasilitas meroket, seolah tak memperhatikan mereka dan asyik dengan fasilitas jetset. Sekali lagi dapat dipahami klo masyarakat naik pitam. Tapi yang perlu diingat...demonstrasi tak harus anarkis bukan?? Klo mau berpikir sedikit lebih panjang..dampak demo anarkis justru menyebabkan kerugian yg jauh lebih besar...miris...tragis. Bangunan yg dibangun dari rakyat, justru dirusak sendiri. Banyak pihak2 tak bertanggungjawab justru memanfaatkan situasi ini dengan bahagia...menyulut sana-sini, mengobarkan api murka...dan parahnya secara mentah2 banyak yg terpancing....klo boleh saya menyatakan...itu adalah sikap GOBLOK!!
Mahasiswa...yg ngakunya dari kalangan intelek, calon2 intelektual bangsa...dengan jiwa dan semangat muda yg berkobar, banyak yg terpancing melakukan aksi anarkis..tak berfikirkah, ada yg tertawa di belakang...menertawakan kebodohannya, keluguannya... Kaum yg diharapkan dpt berfikir sedikit lebih jernih, malah berlomba2 menunjukkan aksinya bak pahlawan kesiangan..*sigh...(prihatin).
Sepertinya bangga...*duhhh....
Oknum kaum birokrat, yg berlomba2...memanfaatkan fasilitas negara, yg katanya membela kepentingan rakyat, malah sibuk "morotin" negara...atas dalih demi kelancaran kerja...kerja yg mana??? tak perlu fasilitas yg berlebihan seperti itu. Sekali lagi.....kinerja tergantung pribadi masing2..pak..bu...yg terhormat. Yang memang punya dasar pemalas dan gak punya niat kerja, dikasih fasilitas sebagus apapun jg tak bisa memahami dan tak bisa mensyukuri, tetap aja kerja ogah2an dan jadi benalu. Yang memang punya jiwa korup, dikasih gaji segede apapun juga akan tetap merasa kurang.................
Yang punya jiwa preman, meski duduk di tempat terhormat pun mulutnya akan tetap berkata kasar, sikapnya tak lebih dari preman terminal, tanpa malu beratraksi "gulat" di depan forum...
Yang wajar2 saja lah.............
Tak perlu berlebihan...........................
*Hanya sekedar pemikiran dari seorang saya, mohon maaf bila kurang berkenan